Inilah cara menjadi Bill Gates (Bagian 2)


Inilah cara menjadi Bill Gates (Bagian 2)
oleh: Wim Permana, S. Kom. 
Lanjutan dari bagian pertama:

Perlu dicatat juga bahwa beberapa mahasiswa atau pemrogram lainnya yang mungkin bernasib tidak sebaik Bill Gate adalah mereka yang di kala itu masih memprogram dengan menggunakan sesuatu yang disebut punch card. Membandingkan pemrograman menggunakan ASR-33 Teletype dengan komputer berbasis punch card adalah seperti membandingkan kecepatan sebuah mobil ferrari dengan sebuah becak atau kereta sapi. Ehem ...

Menguji aplikasi untuk C-Cubed


Setelah kenyang dengan ASR-33 Teletype milik Lakeside, kesempatan kedua Bill Gate untuk belajar pemrograman datang dari sebuah perusahaan dengan nama C-Cubed - yang kebetulan dimiliki oleh salah satu wali murid teman Bill Gate di Lakeside. Kali ini Bill Gate muda bersama teman-temannya mendapat tugas khusus, yakni menguji aplikasi milik C-Cubed. Bill melakukan ini sampai C-Cubed bangkrut. Pengalaman di C-Cubed tentunya lagi-lagi menambah jam terbang pemrograman Bill Gate sendiri.

Kantor Microsoft

Dahulunya Bill Gates tidak berkantor di tempat seindah ini.

Proyek Bill berikutnya: software otomatisasi gaji

Kalau sebelumnya Gate cuma bermain dan menguji aplikasi, kali ini ia benar-benar harus menyelesaikan sebuah proyek penting yakni membuat software otomatisasi gaji untuk ISI (Information Science Inc.) Sebagai imbalannya, Gate tidak mendapatkan uang yang banyak, tetapi setidaknya ia kembali mendapatkan jatah menggunakan komputer ISI secara gratis. Terhitung, Bill Gate dan teman-teman SMA-nya sudah menghabiskan tidak kurang dari 1.575 jam "bermani-main" dengan mainframe milik ISI. Dan ini tentunya hanya akan menambah kemahiran Bill Gate saja dalam pemrograman.

Kenapa Bill Gate seringkali menyumbang ke University of Washington

Konon, setelah selesai dengan ISI, Bill Gate melanjutkan proses belajar mandirinya di University of Washington (UoW). Di Universitas yang jaraknya tidak jauh dari rumah Bill ini, ia dan Paul Allen - rekan Gate ketika mendirikan Microsoft - seringkali menghabiskan waktu antara jam 3 AM - 6 AM untuk menggunakan komputer yang ada di pusat kesehatan dan departemen fisika. Gate memang layak dicap "Gila Komputer" karena ia dan Paul Allen betah melakoni kegiatan ini meski pada saat seharusnya mereka tidur atau istirahat. Nah, sekarang barulah terungkap kenapa Bill sampai sering sekali menyumbang ke University of Washington.

Gate's next step: TRW

Sehabis C-Cubed dan UoW, Gate kembali dinaungi keberuntungan. Kali ini proyek baru datang dari sebuah perusahaan dengan nama TRW. Tugas Bill adalah membantu seorang bernama John Norton untuk membangun sebuah sistem komputer yang akan digunakan oleh sebuah pembangkit tenaga listrik di wilayah Washington bagian selatan. Gate mengerjakan proyek ini sepanjang musim panas ketika ia sudah memasuki akhir SMA-nya. Dan tampaknya ia berhasil.

Dua tahun di Harvard

Di Harvard, Gate memang mengambil jurusan di Bidang Hukum. Tapi coba tebak apa yang dicintainya? Komputer. Tepat sekali. Bahkan setelah masuk di jurusan bergengsi di Universitas nomor satu di dunia pun, Bill Gate tetap tidak bisa meninggalkan komputer. Keberadaannya di Harvard malah tambah membuat Bill lebih jago dalam pemrograman. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk cabut dari Harvard untuk kemudian keluar dan mendirikan perusahaan kecil bernama ..... Microsoft.

Total waktu belajar Bill Gate

Bila kita merunut perjumpaan seorang Bill Gate dengan komputer; dimulai sejak ia masih duduk di kelas delapan sampai ia keluar dari Harvard, maka kita akan mendapati bahwa Bill Gate ternyata sudah membenamkan dirinya dengan dunia pemrograman selama kurang lebih tujuh tahun. Dan dalam tujuh tahun itu, tampaknya 10.000 ribu jam adalah waktu yang sudah ada dalam genggamannya. Dengan kata lain, bila kita yakin bahwa teori 10.000 jam adalah benar adanya, seharusnya Bill Gate akan sukses menjadi seorang pakar di bidangnya suatu hari nanti.

36 Tahun kemudian

Seharusnya Anda sudah tahu sendiri apa yang terjadi pada Bill Gate bukan? Konon, saking kayanya seorang Bill, setiap kali ia terbangun dari tidurnya, hartanya akan bertambah banyak sebesar $20 juta. Saya sendiri masih kurang mempercayai kabar aneh ini. Tapi untuk seseorang dengan kekayaan - yang berhasil dicatat - sebesar $58 Miliar saya pikir jumlah $20 Juta/hari bukanlah sesuatu yang aneh. 

Jadi bagaimana caranya menjadi Bill Gate?

Sederhana saja. Bila Anda ingin sukses seperti Bill Gate atau paling tidak mendekati kesuksesan yang sudah diraih seorang Bill Gate, maka sebaiknya Anda harus bertanya dulu pada diri sendiri, "maukah saya berjuang selama 10 ribu jam untuk sesuatu yang saya cintai sehingga saya menjadi pakar di dalamnya?" Mau tidak ya akhi/ukhti?

Kita boleh saja tidak terlahir dan hidup di lingkungan seperti Seattle atau Silicon Valley dengan kampus-kampus topnya. Kita boleh juga tidak terlahir di tahun 1955 yang konon dianggap oleh Gladwell sebagai tahun paling ideal untuk menjadi seorang pakar sekaligus praktisi di dunia teknologi informasi. Atau bahkan, kita mungkin saja tidak terlahir dengan bakat luar biasa seperti yang sudah Allah karuniakan kepada Bill Gate - konon Bill berhenti dari sekolah negeri karena ia menganggap sekolah tersebut sudah tidak menantang lagi untuknya. Tapi ada satu faktor yang bisa kita samai dari Bill Gate; KERJA KERAS! Saya rasa frasa ini bukanlah monopoli seorang Bill atau ras atau bangsa atau agama tertentu. KERJA KERAS - yang digambarkan dengan indah melalui istilah "10 ribu jam" - adalah sebuah pintu yang bisa dibuka oleh hampir semua manusia di muka bumi. Termasuk saya, Anda, istri Anda, anak-anak Anda, tetangga Anda, atau siapapun mereka. Semua bisa melakukan itu: KERJA KERAS!

Ah, Si Bill Gate itu cuma jago di bidang manajemen saja kok

Di luar sana, mungkin ada beberapa oknum yang selalu sesumbar kalau Bill Gate itu sebenarnya cuma jago di bidang manajemen saja tapi lemah dalam pemrograman. Mereka menganggap kalau apa yang sudah diperoleh oleh Bill Gate sebenarnya hanya karena ia pandai dalam merekrut dan mengatur orang-orang hebat - yang nantinya bisa ia suruh-suruh untuk coding semaunya. Well, kalau seandainya Bill memang tipikal manusia seperti itu, saya rasa Microsoft tidak akan bisa sampai sejauh ini.

Lagipula, kalau memang Bill cuma jago manajemen, lalu apa sebenarnya yang dilakukannya selama belasan tahun dengan komputer. Main tetris? Hihihihihi ...

No comments: